Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RENCANA KERJA FOLU NET SINK 2030 SUB NASIONAL BIDANG KONSERVASI

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup dari semua sumber, termasuk antara lain daratan, lautan dan ekosistem perairan lainnya serta kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; Ini mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dan ekosistem.

Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah spesies tumbuhan dan hewan. Kawasan hutan Indonesia dan ekosistem darat lainnya mengandung keanekaragaman hayati yang luar biasa. Dalam hal keanekaragaman spesies, Indonesia memiliki kekayaan spesies palem terbesar di dunia, lebih dari 400 spesies dipterocarp (spesies kayu komersial terbesar di Asia Tenggara) dan hampir 25.000 tanaman dan hewan berbunga yang berbeda.

Indonesia menempati urutan pertama di dunia dalam kekayaan spesies mamalia (515 spesies, 36% di antaranya endemik), juga pertama dalam kekayaan spesies kupu-kupu Swallowtail (121 spesies, 44% di antaranya endemik), dan ketiga dalam kekayaan spesies. reptil (lebih dari 600 spesies), dan menempati urutan keempat dalam kekayaan spesies burung (1519 spesies, 28% di antaranya adalah endemik), urutan kelima dalam kekayaan spesies amfibi (lebih dari 270 spesies) dan tempat ketujuh dalam kekayaan tanaman berbunga. Wilayah perairan Indonesia yang luas dan kekayaan Samudera Hindia dan Pasifik Barat menambah kekayaan keanekaragaman hayatinya.

Indonesia memiliki habitat pesisir dan laut yang kaya. Sistem terumbu karang yang luas di lautan jernih di sekitar Sulawesi dan Maluku adalah salah satu ekosistem terumbu karang terkaya di dunia. Beberapa keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya telah dimanfaatkan dan memberikan nilai ekonomi  (Sumber menlhk.go.id)

Untuk menjaga keanekaragaman hayati maka perlu dilakukan sebuah gebrakan ataupun Tindakan tidak hanya nasional melainkan internasional, untuk itu dibuatlah Rencana Kerja FOLU Net Sink 2030 Bidang Konservasi.  Kegiatan Utama Peningkatan Konservasi Keanekaragaman hayati:

  1. Perlindungan, pelestarian, pengawetan, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, 
  2. Pengelolaan kawasan dan peningkatan populasi spesies, 
  3. High conservation value forest dan kelola fragmentasi habitat, 
  4. Kemitraan konservasi, 
  5. Intensifikasi jasa lingkungan, taman hutan raya dan KHDTK

Bentuk Mitigasi Rencana Kerja FOLU NET SINK 2030 Sub Nasional Bidang Konservasi diantaranya (Sumber: BPKH XIX Pekanbaru) adalah

  1. Pencegahan Deforestasi & Degradasi (Mineral dan Gambut), bentuk kegiatannya: 
    • Pemantapan Kawasan Konservasi
    • Perlindungan, Pengamanan, dan Penjagaan Kawasan
    • Pengendalian Karhutla di KK dan Daerah Penyangga
    • Penguatan Pengelolaan KK di Tingkat Tapak (RBM)
    • Kemitraan Konservasi Akses HHBK
    • Pemberdayaan Masyarakat Desa Penyangga
    • Pengelolaan Jasling & Wisata Alam
    • Inventarisasi dan Verifikasi Kehati
    • Mitigasi Konflik Manusia dan Satwa Liar 

Indikator dari Pencegahan Deforestasi & Degradasi (Mineral dan Gambut) yaitu tetap terjaga luas tutupan hutan vegetasi yang dipertahankan dari ancaman deforestasi dan degradasi sehingga tutupan vegetasi dapat dipertahanka

     2. Peningkatan Cadangan Karbon (Non Rotasi), bentuk kegiatannya:

    • Penanganan Opened Area
    • Pemulihan Ekosistem
    • RHL pada Kawasan Konservasi
    • Pembinaan habitat satwa liar melalui pengkayaan tanaman pakan satwa
    • Kemitraan Konservasi dalam rangka Pemulihan Ekosistem
    • Pemberdayaan Masyarakat Desa Penyangga
    • Intensifikasi Jasling dan Wisata Alam
    • Inventarisasi dan Verifikasi Kehati
    • Mitigasi Konflik Manusia dan Satwa Liar
    • Perlindungan, Pengamanan, dan Penjagaan Kawasan
    • Pengendalian Karhutla di KK dan Daerah Penyangga
    • RHL serta PE pada areal IKN
Indikator dari Peningkatan Cadangan Karbon (Non Rotasi) yaitu seberapa luas Ekosistem yang dipulihkan sehingga luasan tutupan lahan meningkat.

      3. Pengelolaan Hutan Lestari (ENR)

    • Pembinaan Habitat
    • Pembinaan Populasi
    • Pengkayaan Jenis
    • Penyelamatan Satwa
    • Pembinaan Obyek Wisata Alam
    • Intensifikasi Jasling & Wisata Alam
    • Perlindungan, Pengamanan, dan Penjagaan Kawasan
    • Pengendalian Karhutla di KK dan Daerah Penyangga

Indikator dari Pengelolaan Hutan Lestari (ENR) yaitu Keanekaragaman jenis fauna asli dan habitatnya meningkat dan bertambah luas kehidupan liarnya sehingga kualitas dan luas habitat untuk hidupan liar meningkat

     4. Pengelolaan Gambut

    • Revegetasi
    • Rewetting (Pembasahan) dengan pembangunan sekat kanal
    • Pemeliharaan sekat kanal
    • Pemberdayaan masyarakat
    • Perlindungan, pengamanan, dan penjagaan kawasan
    • Pengendalian kebakaran hutan

Indikator dari kegiatan Pengelolaan Gambut yaitu seberapa luas ekosistem gambut yang dipulihkan sehingga ekosistem gambut dan sumber daya alam hayati pulih dan terjaga dengan baik

     5. Konservasi Kehati pada Areal HCV. 

Areal HCV (High Conservation Value) yaitu areal atau sesuatu yang memiliki nilai konservasi tinggi pada tingkat lokal, regional ataupun global yang meliputi nilai ekologi, jasa lingkungan, social dan budaya

    • Pengembangan entitas perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kehati, dan penangkaran serta restocking
    • Perlindungan, rescue, rehab dan release satwa
    • Peningkatan efektifitas pengelolaan KEE
    • Pemberdayaan masyarakat
    • Inventarisasi dan verifikasi ABKT
    • Mitigasi konflik manusia dan satwa liar

Indikator dari kegiatan Konservasi Kehati pada Areal HCV yaitu seberapa luas Kawasan yang terverifikasi dan terlindungi keanekaragaman hayatinya sehingga Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Serta Tutupan Hutan terjaga dengan sangat baik. 

 RENCANA KERJA FOLU NET SINK 2030 SUB NASIONAL BIDANG KONSERVASI

Posting Komentar untuk "RENCANA KERJA FOLU NET SINK 2030 SUB NASIONAL BIDANG KONSERVASI"